Selasa, 14 Desember 2021

Muqaddimah Kitab Kisah-kisah Shahabat

سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّيْ حَمْدًا
 
Pada tahun 1353 Hijriyah, seorang hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala sekaligus seorang Syaikh Pembimbing yang sangat saya hormati (Maulana Muhammad Ilyas Rahmatullah 'alaih), telah menyuruh saya agar menulis sebuah kitab berbahasa Urdu yang berisi tentang kisah-kisah kehidupan para Shahabat Radhyiallahu 'anhum dan khususnya tentang keteguhan agama para wanita dan anak-anak Shahabat.
 
Harapannya, orang-orang yang gemar membacakan Kisah kepada anak-anaknya, dapat mengganti dongeng dongeng palsu yang merusak, dengan kisah-kisah berharga ini. Hal itu menyebabkan peningkatan agama mereka. Bila para Ibu di rumah meninggalkan dongeng-dongeng palsu dan menggantinya dengan kisah-kisah Shahabat, maka akan menumbuhkan rasa cinta dan rasa memuliakan kepada para Shahabat dalam hati anak-anak serta meningkatkan semangat mereka terhadap agama.

Nasihat dan petunjuknya bagi saya sungguh penting untuk diamalkan. Selain hutang Budi saya terhadap kebaikannya, saya juga berharap dengan menunaikan cita-cita orang Shalih yang dekat dengan Allah subhanahu Wa Ta'ala ini akan menjadi sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat. 
 
Meskipun demikian, karena kelemahan Saya, tidak ada harapan bahwa saya akan mampu menunaikan tugas itu sesuai dengan keinginan dia. Oleh karena itu, dia menyampaikan perintah ini berkali-kali selama 4 tahun tetapi saya belum mampu mengerjakan perintah dia, dan saya merasa malu atas ketidakmampuan saya.

Pada bulan Shafar 1357 Hijriyah, karena suatu penyakit yang saya derita, untuk beberapa hari saya dilarang berpikir terlalu keras. Kemudian timbul dalam pikiran saya hendak menggunakan masa-masa tersebut untuk menunaikan pekerjaan yang penuh berkah ini. 
 
Saya berpikir, tidaklah mengapa seandainya kelak karya tulis ini hasilnya tidak begitu dia sukai. Yang penting saya telah menggunakan waktu-waktu senggang ini untuk melakukan pekerjaan yang begitu berharga dan penuh berkah ini.

Tidak diragukan lagi, bahwa memang Kisah-kisah para Kekasih Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu, layak untuk diteliti, dicari, dan diambil pelajarannya terutama para Shahabat Radhyiallahu 'anhum yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menyertai kekasih-Nya, yaitu Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam. 
 
Mereka orang-orang yang sangat layak kita teladani. Selain itu, dengan sering mengulang-ulang kisah kehidupan orang-orang yang dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menyebabkan turunnya Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
 
Pemimpin ahli Tasawwuf Syaikh Junaid Al Baghdadi Rahmatullah 'alaih mengatakan bahwa cerita-cerita orang Shalih adalah seperti satu pasukan dari pasukan-pasukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang dengannya hati para murid akan mendapatkan kekuatan. Ada seseorang yang Bertanya kepadanya, "Adakah Dalil yang menguatkan hal itu?" Ia menjawab, "Ya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

"Dan semua Kisah dari para Rasul, kami ceritakan kepadamu yang dengannya kami teguhkan hatimu. Dan di dalam cerita ini engkau mendapatkan Kebenaran serta Pengajaran dan Peringatan bagi Orang-orang yang Beriman.". (Q.S. Huud  :120 dari Kitab Bayanul Quran)

Ada satu hal yang harus diresapi dalam hati, buah hadits-hadits Baginda Rasulullah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam atau kisah-kisah orang-orang Shalih, begitu juga kitab-kitab masa'il dan nasihat orang-orang yang terpercaya, tidak cukup hanya dibaca sekali kemudian berhenti untuk selamanya. Namun, sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing. Hendaknya dibaca berulang-ulang.

Syaikh Abu Sulaim Darani Rahmatullah 'alaihi, Seorang Waliyullah berkata, "suatu ketika aku hadir dalam suatu Majelis untuk mendengarkan nasihat. Nasihat Itu sangat berkesan di hati, tetapi setelah Majelis itu selesai, kesan itu mulai hilang dari hatiku. Aku menghadiri Majelis tersebut kedua kalinya, maka aku merasakan kesan Nasihat tersebut terus tertanam dalam hati. 
 
Selama perjalanan ke rumah. Pada kehadiranku yang Ketiga kalinya, Aku merasakan kesan tersebut terus tertanam dalam hati sampai di rumah. Sesampainya di rumah, Aku menghancurkan alat-alat yang menyebabkan kemaksiatan dan memilih jalan yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "

Demikian pula halnya dengan kitab-kitab agama, jika hanya membaca sepintas lalu saja, kesannya akan kurang. Oleh karena itu, kita sangat perlu membacanya berkali-kali.

Untuk mempermudah dan lebih memberi kesan ke dalam hati para pembaca, Saya membagi Risalah ini menjadi 12 Bab dan mengakhirinya dengan satu Bab Penutup.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN AYAT KE-7 (Hal-XXX) BACA JUGA AYAT KE...