Selasa, 14 Desember 2021

Kisah Perjalanan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam ke Thaif

Selama Sembilan Tahun sejak masa Kerasulan Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan Hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah kebanyakan orang-orang selalu menyakiti, memperolok-olok, dan berbuat semena-mena terhadap Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam dan para Shahabat; kecuali sekelompok kecil orang yang sudah masuk Islam dan beberapa orang yang selalu membantu beliau walaupun belum masuk Islam.

Paman Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam Abu Thalib, termasuk Orang-orang yang baik hatinya. Meskipun belum masuk Islam. Dia selalu membantu Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam segala bentuk. Pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kafir mendapat kesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum muslimin secara lebih leluasa.

Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam pun pergi ke Thaif, yang di dalam kabilah Tsaqif yang berjumlah besar dengan harapan apabila kabilah tersebut masuk Islam, Kaum Muslimin akan terbebas dari berbagai penderitaan dan Thaif akan menjadi Pondasi Penyebaran Agama. Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam Langsung menemui Tiga Orang yang ditokohkan.
 
Beliau berbicara dengan mereka, mengajak mereka kepada Agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan agar Mereka mau membantu Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam. Akan tetapi, mereka bukannya menerima Atau paling tidak berlaku sopan kepada tamu yang baru datang, sebagaimana adab bangsa Arab yang terkenal dengan memuliakan tamu, bahkan mereka tanpa basa-basi menyambut beliau dengan sikap dan akhlak yang sangat buruk.
 
Bahkan mereka pun tidak rela Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam tinggal di situ. Padahal Orang yang dianggap sebagai Tokoh seharusnya berbicara dengan sopan dan berakhlak yang mulia.

Salah seorang di antara mereka berkata, "Oh, kamu kah orang yang diutus oleh Allah sebagai Nabi? "Yang kedua berkata," apakah Allah tidak menemukan selain kamu untuk diutus sebagai Rasul? "Yang ketiga berkata," aku tidak mau bicara dengan kamu. Sebab, jika kamu memang Seorang Nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu aku tidak lepas dari musibah. Jika kamu pembohong, maka aku tidak mau bicara dengan pembohong. "
 
Akan tetapi Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam mempunyai hati yang begitu teguh laksana sebuah batu karang. Beliau tidak berputus asa dan terus berusaha untuk mendekati masyarakat umum, tetapi tidak seorangpun yang mau mendengarkan beliau. Jangankan menerima, bahkan mereka menghardik; "Tinggalkanlah segera kota kami! Pergilah ke mana kamu suka!"

Ketika Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap untuk kembali, maka mereka menyuruh anak-anak kota Thaif membuntuti Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam. Mereka lalu mengganggu, mencaci, dan melempari Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam dengan batu sehingga kedua sandal beliau berlumuran darah.
 
Dalam keadaan seperti itulah Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wassalam meninggalkan Thaif. Di tengah perjalanan, tatkala sudah merasa aman dari gangguan anak-anak nakal itu Beliau berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

 
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك 

Artinya :
Ya Allah, Aku adukan Kepada-Mu lemahnya kekuatanku, habisnya upaya, dan kehinaanku, dalam pandangan manusia, Wahai yang Maha Penyayang, melebihi sekalian Penyayang Engkaulah Tuhan Orang-orang yang tertindas, dan engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Kepada orang yang akan memandangku dengan muka masam, atau kepada musuh yang Engkau Kuasakan kepada-nya segala urusanku? Tiada keberatan bagiku, asalkan engkau tidak murka kepadaku. Perlindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung Kepada-Mu dengan Nur yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik segala urusan dunia dan akhirat, Aku berlindung dari turunnya Kemarahan-Mu Kepadaku, atau kemurkaan-Mu kepadaku. Aku sanggup berbuat apa saja, Hingga Engkau Ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu. "

Allah Subhanahu Wa Ta'ala penguasa seluruh alam pun memperlihatkan keperkasaannya dan mengutus Malaikat Jibril 'alaihis Salam untuk datang memberi salam kepada beliau. Dan berkata, "Allah Subhanahu Wa Ta'ala mendengar ucapanmu dan jawaban kaummu, dan dia mengutus kepadamu Malaikat penjaga Gunung agar siap melaksanakan apapun perintahmu kepadanya,"
 
Malaikat penjaga Gunung itu pun datang dan memberi salam kepada Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam seraya berkata, "apa pun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila Engkau sukai, akan kubenturkan gunung-gunung yang ada di sekitar kota ini sehingga Siapa saja yang tinggal di antaranya akan hancur binasa. Atau apapun hukuman yang engkau inginkan. "
 
Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang bersifat penyayang dan mulia ini menjawab," aku hanya berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak di antara keturunan mereka akan lahir orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "

Faidah
Demikianlah akhlak Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam yang mulia. Kita mengaku sebagai pengikutnya, namun ketika sedikit kesulitan atau celaan menimpa kita, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezhaliman dibalas dengan Kezhaliman, sambil kita terus mengaku sebagai Ummat Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam.
 
Meskipun mengalami penderitaan dan kesusahan yang berat, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam tidak berdoa buruk dan tidak menuntut balas.

BAB KESATU <<< | BACA | >>> KISAH BERIKUTNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN AYAT KE-7 (Hal-XXX) BACA JUGA AYAT KE...