Senin, 17 Januari 2022

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-7 (Hal-XXX)









BACA JUGA AYAT KE : | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Ayat Ke-5 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-5 (Hal-XXX)









BACA JUGA AYAT KE : | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Ayat Ke-6 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-6 (Hal-XXX)









BACA JUGA AYAT KE : | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Ayat Ke-4 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-4 (Hal-XXX)









BACA JUGA AYAT KE : | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Rezeki Lapang Karena Menjaga Shalat

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-3 (Hal-343)


"Dan perintahkanlah keluargamu (wahai Muhammad) untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakan shalat tersebut. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertaqwa." (Q.S. Thaahaa : 132)

Banyak hadits yang menyatakan bahwa jika ada seseorang yang mengadukan kesempitan hidupnya kepada Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam, maka beliau akan menyuruhnya supaya mengerjakan shalat. Kemudian beliau membaca ayat di atas, seakan-akan beliau mengisyaratkan bahwa janji dilapangkan Rezeki itu tergantung pada dijaganya shalat. Para ulama menjelaskan bahwa, Mengapa di dalam ayat ini seseorang diperintahkan untuk menjaga shalatnya sendiri disamping memerintahkan orang lain untuk shalat? Karena hal itu akan lebih bermanfaat dan akan memberikan kesan terhadap orang lain sehingga orang lain juga akan menjaga shalat. Oleh karena itu, para nabi 'alaihimussalam yang diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menjadi sebab Hidayah, datang di tengah-tengah kaumnya sebagai suri tauladan. Para nabi 'alaihimussalam mengamalkan apa yang mereka sampaikan, sehingga orang yang mau mengamalkannya akan merasa mudah dan tidak merasa bahwa hukum ini atau itu susah diamalkan.

Setelah itu, di dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjanjikan rezeki untuk orang yang menegakkan shalat. Maksud janji itu adalah bahwa terkadang secara lahiriyah, menjaga shalat tepat pada waktunya akan menimbulkan kerugian dalam pekerjaan, terutama dalam berdagang, bekerja sebagai buruh, dan sebagainya. Akan tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala meluruskan anggapan itu dan menegaskan bahwa rezeki adalah tanggungan-Nya. Jadi, janganlah beranggapan bahwa shalat itu merugikan urusan dunia.

Selanjutnya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan aturan yang pasti bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya akan dicapai oleh orang-orang yang bertakwa, selain mereka tidak ada seorang pun yang mendapatkan kebahagiaan hakiki.

BACA JUGA AYAT KE : | 1 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Peringatan Memberi Manfaat Orang Beriman

BAB KESATU

AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN

AYAT KE-2 (Hal-343)



"Dan berilah peringatan, (Wahai Muhammad), sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman" (Q.S. Adz-Dzariyat : 55)

Ahli tafsir menulis bahwa maksud ayat diatas adalah memberikan nasihat dengan memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tentu amat bermanfaat. Adapun manfaatnya bagi orang mukmin tentunya sudah jelas, sedangkan bagi orang-orang kafir juga bermanfaat, karena dengan usaha ini InsyaAllah mereka dapat menjadi beriman dan akan termasuk di dalam ayat diatas. 

Namun sayangnya, pada zaman ini, jalan berdakwah dan bertabligh dengan cara yang benar dan dengan maksud membuat perbaikan sudah hampir hilang. Umumnya para da'i hanya ingin menunjukkan kepandaian dan kefasihan berbicara supaya Para pendengar memujinya. 

Padahal, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa belajar seni pidato dan seni mengolah bahasa dengan maksud agar manusia tertarik kepadanya, maka amal ibadahnya baik yang fardhu maupun yang sunnah tidak akan diterima pada hari kiamat."

BACA JUGA AYAT KE : | 1 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Bab 1 Ayat-ayat Yang Menegaskan Pentingnya Menyuruh Kepada Kebaikan dan Mencegah dari Kemungkaran

Dengan mengharap berkah Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui kalam suci-Nya, di bagian awal buku ini saya menukil beberapa ayat Al-Qur'an beserta terjemahannya yang menegaskan pentingnya usaha tabligh dan mengajak kepada kebaikan.

Dari ayat-ayat itu, semoga para pembaca dapat dengan mudah memahami betapa pentingnya menegakkan dakwah Islam di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, begitu pentingnya masalah ini sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutnya berulang-ulang di dalam kalam suci-Nya.

Dalam penelitian saya yang penuh kekurangan ini, terdapat kurang lebih 60 ayat Al-Qur'an yang menganjurkan untuk mentablighkan agama, jika ada orang yang lebih teliti, tidak tahu berapa banyak lagi ayat yang akan ditemukan mengenai masalah ini.

Jika semua ayat tersebut ditulis dalam buku ini tentu buku ini akan menjadi amat tebal titik Oleh sebab itu saya menuliskan beberapa ayat saja.

AYAT KE : | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | KEMBALI

Minggu, 09 Januari 2022

Sifat Ke-6 Enam Sifat Sahabat

SIFAT KE-ENAM

DAKWAH WAT-TABLIGH (KHURUJ FII SABILILLAH)

Artinya : 

Dakwah artinya mengajak, Tabligh artinya menyampaikan dan Khuruj fii Sabilillah adalah keluar di jalan Allah. 

Maksudnya :

Memperbaiki diri, dengan cara menggunakan harta diri dan waktu sebagaimana yang diperintahkan Allah. Menghidupkan amal agama secara sempurna pada diri sendiri dan semua manusia diseluruh alam dengan menggunakan harta dan diri sendiri. 

Faidah :

Allah Subahanahu Wa Ta'ala Berfirman :

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Wa Man Ahsanu Qawlan Miimman da'a ilallah Wa 'amila Shalihan Wa Qala innani Minal Muslimin"

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (Q.S. Fushilat :33)

Sifat Ke-5 Enam Sifat Sahabat

SIFAT KE-LIMA

TASHIHUN NIYAT


Artinya :

Membetulkan / meluruskan Niat 

Maksudnya : 

Tashihun Niat Membersihkan niat pada setiap amalan, semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Fadhilah :

Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

"Innallaha Azza Wajallah Laa Yaqbalu minal 'amali illa ma kana lahu khalishan wab tuqiya bihi wajhuhu"

“Sesungguhnya Allah Azza Wajallah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridha Allah”. [HR. Abu Dawud dan Nasa’i]

Sifat Ke-4 Enam Sifat Sahabat

SIFAT KE-EMPAT

IKRAMUL MUSLIMIN

Artinya :

Memuliakan sesama orang islam / muslim. 

Maksudnya :

Menunaikan hak-hak muslim tanpa meminta hak daripadanya (ditunaikan kembali). 

Fadhilah : 

Rasulullah Shalllahu 'alaihi Wasallam bersabda:

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

"Wallahu Fii 'awnil 'abdi ma kanal-'abdu fii awni Akhiiy"

“Allah Senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. ” (H.R.  Muslim :2699, At-Tirmidzi :1930, 1425, 2945, Abu Dawud: 4946, Ibnu Majah:225 dan Ahmad : II/ 252, 296, 500, 514)

Sifat Ke-3 Enam Sifat Sahabat

SIFAT KE-TIGA

ILMU MA'A DZIKIR


Ilmu Artinya :

Segala petunjuk yang datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui Baginda Rasulullah Shalllallahu 'alaihi Wasallam. 

Dzikir Artinya 

Mengingat Allah sebagaimana agungnya Allah. 

Maksud Ilmu Ma’a-Dzikir 

Mengamalkan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada setiap saat dan keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah didalam hati dan ikut cara Rasulullah Shalllallahu 'alaihi Wasallam. 

Fadhilah Ilmu: 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ

Man Yuridi-llahu Bihi Khaeran Yufaqqihu Fii Ddiinn

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan (padanya) Allah akan faqihkan (Fahamkan) ia dalam masalah agama.” 

 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ 

Man Salaka Thariqan Yaltamisu Fiihii 'ilman Sahhala-llahu lahu Thariqan 'ilal Jannati 

Dari Abu Hurairah Ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (H.R. Tirmidzi)

 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda:

وعن ابي ذر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا أبا ذر لأن تغدو فتتعلم آية من كتاب الله خير لك من ان تصلي مائة ركعة, و لأن تغذو فتتعلم بابا من العلم عمل به أو لم يعمل به خير لك من أن تصلي ألف ركعة.

Yaa Aba Dzar, La'an tagdlu wa fata'allama Ayatan Min Kitabillah, Khairan Min Antu Shalli Mi 'atan Raka'atin, Wa La 'an Taqdlu Fa Ta 'allama Baban Minal 'ilmi 'umila bihi Aw Lam Yu'mal Khairan Min 'antu Shalli Alfa Raka'atin. 

Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya kamu pergi pada pagi hari lalu mempelajari satu ayat dari kitab Allah itu lebih baik bagimu daripada kamu shalat seratus raka’at. Dan sesungguhnya kamu pergi pada pagi hari dan mempelajari satu bab dari ilmu, baik diamalkan atau tidak itu lebih baik daripada shalat seribu raka’at.” (Ibnu Majah)


Fadhilah Dzikir:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda:

عن أبى موسى رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

'an-abiy Musa Radhiyallahu 'anhu qala : Qala Rasulullahi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, Matsalulladzii yadzkuru Rabbahu Wal-ladzi LaaYadzkuru Rabbahu Matsalul-Hayyii Wal-Mayyiti

"Dari Abu Musa r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya, adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :

اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

"'ala Bi-dzikrillahi Tathma'innul Quluub" 

“Ingatlah, (Hanya) Dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang. (Q.S. Ar-Raad : 28)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ

"Fadzkuruniy Adzkurukum"

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu"  (Q.S. Al-Baqarah : 152)


Cara mendapatkan ilmu fadhail :

  • Dakwahkan pentingnya ilmu fadhail
  • Latihan dengan cara :
    • Duduk dalam halaqoh fadhail di masjid dan di rumah.
    • Ajak manusia untuk duduk dalam halaqoh fadhail
    • Hadirkan fadhail dalam setiap amalan.
  • Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat ilmu fadhail. 


Cara mendapatkan ilmu masail :

  • Dakwahkan pentingnya ilmu masail
  • Latihan dengan cara :
    • Duduk dalam halaqoh masail dengan para alim ulama
    • Bertanya kepada ulama baik untuk masalah agama maupun dunia.
    • Sering berziarah kepada para alim ulama.
  • Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat ilmu masail. 


Cara mendapatkan dzikir :

  • Dakwahkan pentingnya dzikir kepada Allah Swt
  • Latihan dengan cara :
    • Setiap hari membaca Al Quran (usahakan 1 juz).
    • Membaca tasbihat, shalawat dan istigfar masing-masing 100 X. Ketika membaca tasbihat maka hadirkan kemahasucian Allah Ketika membaca shalawat maka ingat jasa-jasa Rasulullah kepada kita.
    • Ketika membaca istigfar maka hadirkan sifat Maha Pengampunnya Allah.
    • Amalkan doa-doa masnunah (harian)
  • Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat dzikir. 


BACA JUGA (SIFAT KE) : >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | KEMBALI 

Sifat Ke-2 Enam Sifat Sahabat

SIFAT KE-DUA

SHALAT KHUSYU' DAN KHUDU'

Artinya : 

Shalat dengan konsentrasi batin dan merendahkan diri dihadapan Allah, dengan mengikuti cara yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam. 

Maksudnya :

Shalat Khusyu’ dan Khudu’ Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala didalam shalat, kedalam kehidupan sehari-hari. 

"Misalnya dalam Shalat senantiasa ada Wudhu, Menundukkan Pandangan, ada Dzikir dan Bacaan Al-Qur'an, Menggunakan Pakaian yang suci, memberi salam, dan tertib shalat yang lainnya. Demikian pula dalam kehidupan kita sehari-hari (diluar shalat)'.

Fadhilah : 

Allah Subahanahu Wa Ta'ala Berfirman :

 اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ

'Inna Shalata Tanhaa 'anil fahsya'i wal munkar"

“Sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. (Q.S. Al-Ankaabut : 45)


Allah Subahanahu Wa Ta'ala Berfirman :

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ

'Wasta'inuu Bishabri Was-Shalati"

“Carilah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. (Q.S. Al-Baqarah : 45)


Dikatakan Bahwa :

الصَّلاَةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِيْنَ

"As-Shalatu Mi'rajul Mu'minin"

“Shalat adalah mi’rajnya orang beriman. ”  


Cara mendapatkan : 

  • Dakwahkan pentingnya shalat
  • Latihan dengan cara :
    • Memperbaiki Tertib Dzahir & Batin-nya shalat (Istinja'-Wudhu-Bacaan-Gerkana Shalat)
    • Menghadirkan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kedalam Shalat.
    • Belajar menyelesaikan masalah dengan shalat
  • Berdo'a kepada Allah agar diberikan hakikat shalat khusyu dan khudu. 


BACA JUGA (SIFAT KE) : >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | KEMBALI 

Sifat Ke-1 Enam Sifat Sahabat

SIFAT PERTAMA

YAKIN KEPADA KALIMAT THAYYIBAH

لا اله الا الله محمد رسول الله

Laa ilaaha illallah Muhammadur-Rasulullah.

لا اله الا الله

Artinya : 

Tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Maksudnya :

Mengeluarkan keyakinan pada (kebesaran) Makhluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Di dalam hati. 

Fadhilah : 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam  bersabda:

Man mata Wa huwa Ya'lamu 'an laa-ilaha illallahu dakhalal jannata

Barangsiapa yang mati sedangkan dia yakin tidak ada yang berhak disembah selain Allah Swt. , maka dijamin masuk surga.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam  bersabda:

Man Syahida 'an-Laa ilaha illallahu yusaddaqu qalbuhu lisaanahu dakhala min-'ayya abwaabil-jannati sya'a

“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah, dan hatinya membenarkan lisannya, maka dipersilahkan masuk surga dari pintu mana yang dia suka”.

 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam  bersabda:

Sekecil-kecil iman dalam hati maka akan Allah berikan surga yang luasnya 10 kali dunia. 

Cara mendapatkannya : 

  1. Dakwahkan pentingnya iman yakin
  2. Latihan dengan cara memperbanyak halaqoh-halaqoh / majlis iman yakin (bicara atau dengar).
  3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat iman dan yakin. 

Sabtu, 08 Januari 2022

Keutamaan Rakaat Yang Panjang

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-8 (Hal- 322)

Dari Sayyidina Jabir Radhyiallahu 'anhu, ia mengatakan bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Shalat yang paling utama ialah yang panjang rakaatnya." (H.R. Ibnu Abi Syaibah, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dari kitab Durrul Mantsur)

Syaikh Mujahid Rahmatullah 'alaih telah menerangkan maksud ayat:


"(Dalam shalat) berdirilah di depan Allah dengan penuh adab. "(Q.S. Al-Baqarah : 238)

Quunuut dalam ayat ini termasuk juga rukuk, khusyu', dan rakaat yang panjang, yaitu lama berdiri, menundukkan pandangan, merendahkan bahu, tidak berdiri dengan angkuh, dan juga rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Para shahabat Radhyiallahu 'anhu jika berdiri dalam shalat, maka mereka takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan tidak berani menoleh ke sana kemari atau membolak-balikkan kerikil (dalam sujud, karena di Arab zaman dahulu, lantai masjid terbuat dari batu kerikil). atau main-main dengan sesuatu atau memikirkan urusan dunia dalam hatinya, kecuali jika lupa, sampai Mereka menyelesaikan shalatnya. (H.R. Baihaqi)

Faidah

Banyak sekali riwayat tentang penafsiran kalimah Wa quunuu lillahi qaanitiin salah satu diantaranya menyatakan bahwa qaanitiin maksudnya sunyi senyap. Pada masa awal Islam, berbicara, menjawab salam, dan perbuatan lain dalam shalat diperbolehkan. Namun, setelah turun ayat di atas, berbicara di dalam shalat dilarang. Sayyidina Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu berkata, "pada mulanya apabila menemui Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam saya biasa mengucapkan salam Kepada beliau dan beliau menjawab salam saya Walaupun sedang shalat. Suatu ketika saya menemui Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam ketika beliau sedang shalat. Saya mengucapkan salam kepada beliau seperti biasanya, namun beliau tidak menjawab. Saya benar-benar merasa cemas dan khawatir, jangan-jangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan suatu Wahyu yang berisi teguran kepada saya. Berbagai pikiran terlintas dalam benak Saya, mungkin Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam marah kepada saya karena sesuatu hal, mungkin juga karena kesalahan ini atau itu. Setelah Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam salam di akhir shalat, beliau bersabda "Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengubah hukumnya sekehendak-Nya. Kini Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melarang berbicara dalam shalat. Kemudian beliau membacakan ayat di atas lalu Beliau bersabda," Shalat adalah Dzikrullah, ucapan selain Tasbih, Tahmid, dan pujian kepada-Nya tidak diizinkan dalam shalat."

Sayyidina Mu'awiyah bin Hakam Sulami Radhyiallahu 'anhu berkata, "Ketika saya datang ke Madinah untuk masuk Islam, banyak hal yang dapat saya pelajari. Salah satu diantaranya, jika seseorang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka orang yang mendengarnya hendaknya membaca Yarhamukallah. Karena saya baru masuk Islam, maka saya tidak tahu bahwa hal itu tidak berlaku dalam shalat. Suatu ketika ada seorang shahabat bersin dalam shalat. Saya langsung menjawab; "Yarhamukallah!" Orang-orang Langsung memandang saya dengan marah. Karena saat itu saya tidak tahu bahwa berbicara dalam shalat tidak dibolehkan, maka saya berkata, "Wahai kalian, Mengapa kalian memandang saya dengan marah seperti itu?" Orang-orang mengisyaratkan kepada saya agar diam. Meskipun saya belum paham, Saya pun diam. Seusai shalat, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam tidak memukul Saya, tidak memarahi saya, tidak menghardik saya, namun beliau hanya bersabda, "Tidak dibolehkan berbicara di dalam shalat. Shalat itu, untuk bertasbih, bertakbir, dan membaca Al-Qur'an. Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang guru yang sepenyayang Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam."

Dalam penafsiran yang lain, Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata "Qaanitiin ialah Khassyi'iin, yakni orang-orang yang khusyu' "Syaikh Mujahid Rahmatullah 'alaih juga berpendapat demikian. Beliau mengatakan maksud dari Qaanitiin adalah meliputi rakaat yang panjang. Khusyu' dan Khudu' dalam shalat, memandang ke bawah, serta takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala" Sayyidina Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata, "pada mulanya, jika Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam shalat tahajud malam hari, beliau menggunakan tali pengikat agar tidak terjatuh ketika mengantuk. Terhadap hal ini, turunlah ayat:




"Thaahaa, kami tidak menurunkan Al-Qur'an supaya kamu menjadi susah" (Q.S. Thaahaa 1-2)

Selain itu, masih banyak hadits lain yang mengisahkan panjangnya shalat Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam sehingga kaki beliau bengkak-bengkak. Tetapi disebabkan kasih sayang beliau kepada kita, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam menasihati agar kita mengerjakan shalat menurut kemampuan kita. Jangan sampai terlalu memberatkan, sehingga menjadi susah, pernah terjadi seorang shahabiyah mengikat dirinya dengan tali sebelum shalat, karena melihat hal itu, Beliau melarangnya.

Bagaimanapun, shalat dengan rakaat yang lama lebih baik dan lebih utama. Oleh karena itu, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam sendiri amat lama dalam shalat malamnya sehingga kaki beliau bengkak-bengkak. Ini menunjukkan shalat dengan rakaat yang panjang tentu ada sesuatu yang istimewa di dalamnya. Para shahabat Radhyiallahu 'anhu pernah berkata kepada Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, Bukankah  dalam Surat Fath Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjanjikan ampunan bagimu Ya Rasulullah? "Beliau menjawab," Tidakkah sepantasnya Aku menjadi Hamba-Nya yang bersyukur? "

Sebuah hadits menceritakan bahwa, jika Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam sedang shalat, maka terdengar dari dalam dada beliau suara seperti bunyi deritan penggiling karena tangisan dan karena tertahannya nafas. Dalam riwayat lain, suara itu seperti suara air yang sedang mendidih dalam Periuk. (dari kitab At-Targhib)

Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu berkata, "Ketika malam Perang badar, Aku melihat Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam sedang shalat dengan menangis-nangis di bawah pohon sepanjang malam hingga tiba waktu shubuh."

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyukai beberapa orang, salah satunya adalah orang yang meninggalkan kasurnya yang empuk dan istrinya yang cantik, kemudian menyibukkan diri dalam shalat tahajud di malam musim dingin. Allah Subhanahu Wa Ta'ala amat mencintai orang seperti ini dan bangga terhadapnya. Meskipun Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu maha mengetahui yang ghaib, tetapi karena ingin menguji Hamba-Nya, Dia bertanya kepada malaikat-Nya "Apakah yang mendorong hamba ini untuk bangun tahajud?" Para malaikat menjawab, "mereka mengharap kemurahan-Mu dan takut murka-Mu." Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "bila demikian, akan Aku berikan apa yang mereka harapkan, dan akan Aku selamatkan mereka dari apa yang mereka takuti." Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda "Tidak ada pemberian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang lebih baik melebihi Taufik melaksanakan shalat dua rakaat. "

Banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an dan hadits bahwa para malaikat selalu sibuk beribadah. Sebuah hadis menerangkan, ada segolongan malaikat yang senantiasa rukuk terus, ada segolongan lagi yang senantiasa sujud, dan ada sebagian lain yang senantiasa berdiri sampai hari kiamat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengaruniakan kemuliaan dan kehormatan kepada orang mukmin dengan memberi dua rakaat shalat yang didalamnya terkandung berbagai ibadah para malaikat agar kita mendapatkan bagian dari setiap ibadah mereka, ditambah dengan bacaan Al-Qur'an dalam shalat. 

Dengan demikian, jika shalat merupakan kumpulan ibadah para malaikat, maka dengan shalat tersebut kita akan mudah memperoleh sifat-sifat mereka, Oleh karena itu, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "ringankanlah perut dan punggungmu, agar kamu mudah shalat." (Dari kitab Jami'ush Shaghir)

"Meringankan punggung" maksudnya mengurangi permasalahan dan urusan dengan manusia. Yang dimaksud "meringankan perut "adalah tidak terlalu banyak makan, sehingga jauh dari sifat malas.


BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Hadits Ke-6 Mengenai ikhlas, khusyu' dan Khudu'

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

Larangan Bergerak-gerak Dalam Shalat

HADITS KE-6 (Hal- 319)

Dari Sayyidatina Ummu Ruman Radhyiallahu 'anha, ibunda Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu 'anha ia berkata, "Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhyiallahu 'Anhu melihatku bergerak-gerak ketika shalat. Sayyidina Abu Bakar Radhyiallahu 'anhu menghardik dengan keras sehingga hampir saja Aku membatalkan shalatku karena takut. Ia berkata," Aku mendengar Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "jika seseorang berdiri shalat, hendaklah menenangkan seluruh anggota badannya. Jangan bergerak-gerak seperti orang Yahudi. Sebab tenangnya seluruh anggota badan ketika shalat termasuk kesempurnaan shalat." (H.R. Hakim, Tirmidzi, dari Kitab Durrul Mantsur)

Faidah

Masalah Thuma'ninah dalam shalat telah banyak diriwayatkan dalam hadits, biasanya Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam memandang ke arah langit, menunggu malaikat pembawa Wahyu. Jika seseorang menunggu sesuatu, pandangannya akan tertuju ke arah sesuatu itu. Oleh karena itu, pandangan Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam terkadang tertuju ke atas ketika shalat. Namun ketika turun ayat:

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ  الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (Q.S. Al-Mu'minuun : 1-2)

Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam selalu mengarahkan pandangannya ke bawah.

Banyak riwayat yang menyebutkan, Sebelum turun ayat di atas, para shahabat Radhyiallahu 'anhum biasa memandang kesana kemari dalam shalatnya. Akan tetapi Setelah turun ayat di atas, pandangan para shahabat Radhyiallahu 'anhum tidak kesana kemari lagi. Mengenai ayat di atas, Sayyidina Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu, berkata, "jika para shahabat Radhiyallahu 'anhum berdiri shalat maka pandangan mereka tidak kesana kemari, mereka sangat berkonsentrasi dalam shalat. Pandangan mereka selalu tertuju ke tempat sujud. Mereka meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala melihat kepada mereka."

Suatu ketika, Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu ditanya oleh seseorang "Apakah Khusyu' itu? "Ia menjawab," khusyu' itu di dalam hati maksudnya ketawajjuhan hati di dalam shalat. termasuk Khusyu' ialah pikirannya tidak tertuju kepada hal-hal lain. "Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, berkata," orang yang khusyu' adalah orang yang takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan orang yang menenangkan seluruh anggota badannya. "

Sayyidina Abu Bakar Radhyiallahu 'anhu berkata, "Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Berlindunglah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari khusyu' yang munafik." Para shahabat Radhyiallahu 'anhum bertanya, "Ya Rasulullah, Apakah khusyu' yang munafik itu? " Beliau menjawab "Zhahirnya terlihat khusyu" tetapi hatinya tidak khusyuk." Dalam hal ini sayyidina Abu Darda' Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan sabda Baginda Rasulullah Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, "khusyu' yang munafik ialah secara zhahir terlihat khusyu' namun hatinya tidak khusyu'. Syaikh Qatadah Rahmatullah 'alaih berkata, "hati yang khusyu' ialah hati yang takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta pandangan mata selalu ke bawah."

Pernah suatu ketika, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam melihat seorang laki-laki yang shalat sambil mengelus-elus jenggotnya. Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda jika hatinya khusyu' maka seluruh anggota tubuhnya akan diam. "Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu 'anha bertanya, "Bagaimanakah orang yang memandang kesana-kemari dalam shalat?" Beliau bersabda, "itu adalah penyerobotan setan dalam shalat seseorang." Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa biasa memandang ke atas dalam shalatnya, hendaknya ia menghentikan kebiasaan itu. Jika tidak, apakah ia tidak takut kalau Allah Subhanahu Wa Ta'ala membutakan pandangannya?." (Dari Kitab Durrul Mantsur).

Banyak riwayat lain dari para shahabat Radhyiallahu 'anhum dan para tabi'in Rahmatullah 'alaihim yang menyatakan bahwa khusyu' adalah tenangnya seluruh anggota tubuh dalam shalat. Masih banyak sabda Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam dengan riwayat yang berbeda menyebutkan, "shalatlah kamu seolah-olah itu shalat yang terakhir dalam hidupmu." (Dari kitab Jami'ush Shaghir).


BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Bukan Shalat yang Sempurna Kalau Tidak Mencegah dari Kemungkaran

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-7 (Hal- 321)

Dari Sayyidina Imran Bin Hushain Radhyiallahu 'anhu, ia berkata, "Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam ditanya mengenai firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala (yang artinya)," Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. "Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda," Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, itu bukanlah shalat (yang sempurna). " (H.R. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari kitab Durrul Mantsur)

Shalat Yang Tidak Sempurna Sujud dan Rukuknya adalah Bentuk Pencurian yang Paling Hina

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-5 (Hal- 318)

Dari Sayyidina Abdullah bin Abi Qatadah Radhyiallahu 'anhu, dari ayahnya Radhyiallahu 'anhu, ia mengatakan bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Seburuk-buruk pencuri ialah seseorang yang mencuri shalatnya." Shahabat Radhyiallahu 'anhum bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana ia mencuri shalatnya?" Beliau menjawab, "ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.". (H.R. Darami, Ahmad, Thabarani, dan Ibnu khuzaimah dari kitab At-Targhib)


Faidah

Kandungan hadits di atas, juga banyak disebutkan dalam beberapa hadits. Pertama, hendaknya diperhatikan bahwa mencuri itu sendiri sudah merupakan perbuatan Yang hina. Kedua, dalam pencurian, ada bentuk pencurian yang paling hina, yaitu tidak menyempurnakan rukuk dan sujud ketika shalat, Seperti sabda Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam di atas. 

Sayyidina Abu Darda' Radhyiallahu 'Anhu mengatakan bahwa, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam pernah memandang ke langit lalu bersabda, "ini waktunya ilmu akan dicabut dari dunia. (Pada waktu itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menampakkan kepada Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam Bagaimana ilmu dicabut dari dunia)." Sayyidina Ziyad Radhyiallahu 'anhu bertanya "Bagaimana ilmu akan dicabut, sedangkan kita masih membaca Al-Qur'an dan kami juga mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak kami (dan anak-anak kami akan mengajarkannya kepada anak-anak mereka dan begitu juga seterusnya)?" Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Wahai Ziyad, dulu Aku menganggapmu sebagai orang yang paham. Kaum Yahudi dan Nasrani juga mengajarkan Taurat dan Injil. Apakah hal itu memberikan faidah kepada mereka?"

Setelah mendengar hadits ini, seorang murid Sayyidina Abu Darda' Radhiyallahu 'anhu pergi kepada Sayyidina Ubaidah Radhyiallahu 'anhu, lalu membacakan hadits Sayyidina Abu Darda' Radhiyallahu 'anhu tersebut kepadanya. Sayyidina Ubaidah Radhyiallahu 'anhu berkata "Abu Darda' benar, maukah aku beritahukan yang pertama kali akan dicabut dari dunia? Yang pertama kali akan dicabut adalah Ke-khusyu'an dalam shalat. Kelak engkau akan melihat di dalam suatu masjid yang penuh dengan jamaah tidak ada seorang pun yang khusyu' dalam shalatnya. "Sayyidina Hudzaifah Radhyiallahu 'anhu yang dikenal sebagai "penyimpan rahasia Nabi" berkata, "yang pertama kali akan dicabut dari dunia ialah khusyu" dalam shalat." (Dari Kitab Durrul Mantsur).

Sebuah hadits menyatakan bahwa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak mempedulikan shalat seseorang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Hadits lain menyebutkan "Ada seseorang yang shalat selama enam puluh tahun, namun tidak ada satupun Shalatnya yang diterima Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena kadangkala dalam shalat dia, rukuknya sempurna tetapi sujudnya tidak sempurna atau sujudnya sempurna, tetapi rukuknya tidak sempurna."

Syaikh Mujaddid Alfi Tsani Rahmatullah 'alaih menulis dalam surat-suratnya, tentang pentingnya menjaga shalat. Dia menulis banyak hal dalam surat-suratnya, yang salah satu diantaranya menyebutkan bahwa kita hendaknya sungguh-sungguh memperhatikan masalah merapatkan jari-jari tangan ketika sujud, dan merenggangkannya ketika rukuk. Aturan syariat merapatkan dan merenggangkan jari dalam shalat, bukannya tidak ada manfaatnya. Bahkan, amat penting kita memperhatikan adab-adab yang seolah-olah kecil ini, dia menulis bahwa menumpukan pandangan ketika berdiri ke tempat sujud, ketika rukuk ke kaki, ketika sujud ke hidung, dan ketika duduk ke tangan. Ini menyebabkan Ke-khusyu'an dalam shalat dan memudahkan mendapatkan ketawajjuhan. Jika adab-adab yang dianggap kecil ini saja bermanfaat bagi kita, bagaimana dengan adab-adab dan sunnah-sunnah yang lebih besar? Tentu manfaatnya lebih besar pula.


BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Amalan Pertama Yang Akan Dihisab Pada Hari Kiamat Adalah Shalat

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-4 (Hal- 317)

Dari Sayyidina Abdullah bin Qurth Radhyiallahu 'anhu ia mengatakan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Pertama kali akan dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat adalah Shalat. Apabila baik dan sempurna shalatnya (diterima), maka baik juga (diterima) seluruh amalnya. Apabila buruk shalatnya (tidak diterima), maka buruk juga (tidak diterima) seluruh amalnya."; (Dari Kitab At-Targhib)

Kekurangan Dalam Shalat Fardhu Akan di Sempurnakan Dengan Shalat Sunnah

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-3 (Hal- 315)

Dari Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku mendengar Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda," Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah Shalat Fardhu-nya. Jika baik Shalatnya, maka ia akan beruntung dan selamat. Sebaliknya jika buruk Shalatnya, maka ia akan merugi. Jika ditemui ada kekurangan dalam shalat fardhu-nya, maka Rabb-nya berkata (kepada malaikat) lihatlah (catatannya), Apakah hamba-Ku memiliki amalan Shalat Sunnah? "Maka kekurangan dalam shalat fardhu itu akan disempurnakan dengan Shalat-shalat Sunnah. Lalu amalan lainnya akan dihisab seperti itu (Zakat, Puasa, dan lain-lain).". (H.R. Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, dari dan Hakim dari kitab Durrul Mantsur)

Faidah

Berdasarkan hadits tersebut, dapat diketahui bahwa seseorang hendaknya membekali diri dengan Shalat-shalat sunnah sehingga jika dalam shalat fardhu-nya terdapat kekurangan, akan disempurnakan oleh shalat sunnahnya di dalam timbangan. Banyak orang berpendapat jika shalat fardhu dilakukan dengan sempurna itu sudah mencukupi dan merupakan keberuntungan besar, sedangkan mengerjakan Shalat-shalat Sunnah adalah amalan orang-orang khusus. Memang benar, jika shalat fardhu sudah sempurna, itu sudah cukup. Tetapi mengerjakan shalat fardhu secara sempurna, (Syarat, rukun, sunnah beserta adabnya) bukanlah perkara yang mudah. Sedikit banyak terjadi kekurangan disana-sini. Karena itulah Shalat-shalat sunnah pun penting untuk dilaksanakan.

Ada sebuah hadits yang lebih jelas daripada hadits diatas bahwa shalat adalah ibadah yang pertama kali di-fardhukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, amal yang pertama kali dilaporkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan amal yang Pertama kali dihisab pada hari kiamat. Jika dalam Shalat-shalat fardhu terdapat kekurangan, akan disempurnakan dengan shalat sunnah. Demikian pula puasa, jika ada kekurangan dalam puasa wajib, akan disempurnakan oleh puasa sunnah. Begitupun dalam Zakat, serta amalan lain, Jika ternyata setelah ditambah dengan amalan sunnah dan ditimbang pahalanya menjadi lebih berat daripada amal keburukannya, maka ia akan masuk surga dengan gembira. Jika tidak, ia akan dilemparkan ke neraka Jahannam. Itulah sebabnya, apabila ada orang yang baru masuk Islam yang pertama kali diajarkan oleh Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam kepadanya adalah Shalat.

BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Shalat Yang Sempurna Membersihkan Dosa-dosa

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-2 (Hal- 314)

Diriwayatkan dari Sayyidina Anas Radhyiallahu 'anhu, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa Shalat lima kali pada waktunya dan menyempurnakan wudhu'nya, dan menyempurnakan berdirinya, Khusyu'nya, Rukuknya dan sujudnya, maka shalat seperti ini menjadi putih lagi bersinar dan shalat itu akan berdoa," Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjagamu sebagaimana engkau menjagaku." Dan barangsiapa shalat tidak pada waktunya, Tidak menyempurnakan wudhunya, tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya, maka shalat seperti ini menjadi hitam lagi gelap dan shalat itu akan berdo'a keburukan" Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku. "Sehingga jika shalat itu telah sampai di tempat yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Shalat itu akan dilipat seperti kain buruk lalu dilemparkan ke muka orang yang shalat tersebut." (H.R. Thabrani dari kitab At-Targhib)

Faidah

Sungguh berbahagia seseorang yang sempurna shalatnya, sehingga shalat sebagai ibadah yang terpenting di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan berdo'a kebaikan untuknya. Pada umumnya, orang mengerjakan shalat dengan asal-asalan saja. Dari rukuk langsung sujud, dan dari sujud ketika kepala belum tegak sudah sujud kedua, seperti burung gagak yang mematuk makanannya. Shalat seperti ini akan merugikan dirinya sebagaimana tersebut dalam hadits di atas. Jika ia merusak Shalatnya, maka shalat itu akan mendoakan keburukan baginya. Itulah yang menyebabkan kaum muslimin pada umumnya tertindas dan selalu tertimpa keburukan dengan keburukan. (dari Kitab At-Targhib)

Diceritakan dalam sebuah hadits yang semakna dengan hadits di atas, dengan tambahan bahwa barangsiapa Shalat dengan khusyu' dan Khudu' maka pintu-pintu langit akan terbuka lebar baginya. Shalat itu akan bersinar terang dan akan membela orang yang mengerjakan shalat seperti itu dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "permisalan orang yang rukuknya tidak sempurna, punggungnya tidak rata, seperti wanita hamil yang keguguran sebelum waktunya melahirkan." (Dari Kitab At-Targhib) 

Sebuah hadits menyebutkan, "Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Banyak orang yang shalat tahajjud, tetapi ia tidak memperoleh apapun dari shalatnya kecuali berjaga . "Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata," Aku mendengar Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Pada hari kiamat kelak, akan hadir dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala orang yang mengerjakan shalat lima waktu pada waktunya, wudhunya sempurna, serta khusyu', dan Khudu'  dalam shalatnya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berjanji akan menyelamatkan mereka dari azab-Nya. Barangsiapa yang hadir tanpa membawa shalat seperti itu di hadapan-Nya, maka tidak ada perjanjian dengannya. Mungkin dengan rahmat-Nya akan diampuni atau mungkin juga akan disiksa."

Suatu ketika, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam menemui para shahabat Radhyiallahu 'anhum dan bertanya, "Tahukah kalian, apa yang telah difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala?" Para shahabat Radhyiallahu 'anhu menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui." Beliau bertanya hingga tiga kali, dan para shahabat Radhyiallahu 'anhum selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Beliau bersabda, "Allah Subhanahu Wa Ta'ala bersumpah dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman" akan aku masukkan orang-orang yang mengerjakan shalatnya lima waktu pada waktunya di dalam surga. Sedangkan orang-orang yang menyia-nyiakannya, itu terserah kepadaku, Aku akan mengampuni dengan rahmat-Ku atau Aku akan mengazabnya. ""

BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Sebagian Orang Hanya Mendapatkan Sedikit Pahala Dalam Shalatnya

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

Sebagian Orang Hanya Mendapatkan Sedikit Pahala Dalam Shalatnya

HADITS KE-1 (Hal- 313)

Dari Sayyidina Ammar bin Yasir Radhyiallahu 'anhuma, ia mendengar Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Ketika seseorang selesai (dari shalatnya) ada yang tidak mendapatkan pahala kecuali sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperdua dari pahala shalatnya." (H.R. Abu Dawud).

Faidah

Maksudnya, semakin seseorang itu ikhlas dan khusyu' dalam shalatnya, maka pahala yang ia peroleh akan semakin banyak. Ada sebagian orang yang memperoleh pahala sepersepuluh atau setengahnya. Bahkan ada yang kurang dari sepersepuluh atau lebih dari setengahnya. Ada juga yang memperoleh seluruh pahala, dan ada pula yang tidak mendapatkan pahala sama sekali.


Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki satu timbangan khusus untuk menimbang shalat fardhu. Jika terdapat kekurangan dalam timbangan seseorang, ia akan dituntut pada hari kiamat kelak. disebutkan dalam beberapa hadits bahwa, yang pertama kali akan hilang dari manusia adalah Ke-khusyu'an dalam shalat sehingga akan terjadi suatu masa tidak ada didapati lagi satupun orang yang khusyu' dalam seluruh jama'ah orang yang shalat. (Dari Kitab Jami'ush Shaghir)


BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Rabu, 05 Januari 2022

Kepentingan Shalat Fardhu dibandingkan dengan Shalat Sunnah

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-5 (Hal-296)

Dari Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, sesungguhnya ia ditanya tentang seseorang yang berpuasa siang hari, berdiri shalat malam hari, tetapi ia tidak menghadiri shalat berjamaah dan tidak menyertai shalat Jum'at, maka Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma menjawab, "ia berada di neraka," (H.R. Tirmidzi, dari kitab At-Targhib)

Nasib Buruk Pada Hari Kiamat Bagi Yang Meninggalkan Shalat Berjamaah

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-6 (Hal-297)

Ibnu mardawaih Rahmatullah 'alaih telah meriwayatkan dari Al-Hibr Rahmatullah 'alaih, ia berkata "Demi Dzat yang telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa 'alaihissalam, Injil kepada Nabi Isa 'alaihissalam, Zabur kepada Nabi Dawud 'alaihissalam dan Al-Qur'an kepada Baginda Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam, ayat-ayat berikut ini diturunkan mengenai nasib buruk pada hari kiamat yang akan menimpa orang-orang yang tidak shalat berjamaah di tempat adzan dikumandangkan. (Arti ayatnya adalah):" Pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk sujud tetapi mereka tidak mampu sujud, pandangan mereka tunduk ke bawah karena malu, mereka diselubungi kehinaan dan sungguh semasa di dunia mereka diseru untuk sujud sedangkan mereka ketika itu dalam keadaan sehat wal afiat tetapi mereka enggan bersujud. " (Q.S. Al-Qalam 42-43) (H.R. Baihaqi, dari kitab Durrul Mantsur)

Setan Menguasai Orang Yang Meninggalkan Shalat Berjamaah

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-4 (Hal-295)

Dari Sayyidina Abu Darda' Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku mendengar Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda," Tidak ada tiga orang yang tinggal di sebuah kampung atau di suatu Padang Sahara dan mereka tidak mengadakan shalat berjamaah, kecuali setan akan menguasai mereka. Maka berjamaahlah kalian, sesungguhnya serigala hanya memakan kambing yang terpisah dari kelompoknya. Sesungguhnya serigala bagi manusia adalah setan Jika ia sendirian, setan akan memangsanya. "(H.R. Ahmad, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu khuzaimah, dan Ibnu hibban, dari kitab At-Targhib)

Ancaman Bagi yang Tidak Berjamaah Selepas Mendengar Adzan

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-2 - (Hal 294)

Ancaman Bagi yang Tidak Berjamaah Selepas Mendengar Adzan

Dari Sayyidina Mu'adz Bin Anas Radhyiallahu 'anhu, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Benar-benar keras kepala, kufur, dan nifak, orang yang mendengar seruan muadzin untuk shalat tetapi ia tidak memenuhinya.". (H.R. Ahmad, Thabarani, dari kitab At-Targhib)

Rasulullah Ingin Membakar Rumah Orang Yang Shalat Fardhu Dirumah

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-3 (Hal-295)

Dari Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Sungguh Aku ingin menyuruh pemuda-pemuda agar mengumpulkan beberapa ikat kayu bakar untukku, lalu kudatangi orang-orang yang shalat di rumah mereka tanpa udzur, dan kebakar rumah-rumah mereka sedangkan mereka didalamnya." (H.R. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi, dari kitab At-Targhib)

Hukum Mendengarkan Adzan Tapi Tidak Memenuhinya

PASAL 2 

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH

Hadits ke-1 (Hal-293)
Dari Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia mengatakan bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa mendengar adzan dan tidak memenuhinya tanpa ada udzur, maka shalat yang dikerjakannya tidak akan diterima." Para Shahabat Radhyiallahu 'anhum bertanya, "Apakah udzurnya?" Beliau menjawab, "Takut atau Sakit. " (H.R. Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah, dari kitab At-Targhib)

Senin, 03 Januari 2022

CATATAN PENTING TERAKHIR

CATATAN PENTING TERAKHIR
Penutup Kitab Fadhilah Shalat



Para ahli Tasawwuf menulis, sesungguhnya hakikat shalat adalah bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu suatu percakapan antara hamba dan Tuhannya, Dan hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam keadaan lalai. 

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN AYAT KE-7 (Hal-XXX) BACA JUGA AYAT KE...