Sabtu, 01 Januari 2022

Kisah Takutnya Orang-orang Shalih, kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala

PASAL 5 (Hal 329)
Bab : Khusyu' & Khudu' Dalam Shalat

Syaikh Mujahid Rahmatullah 'alaih menjelaskan, bahwa jika ahli fiqih dari kalangan para shahabat Radhiyallahu 'anhum berdiri shalat, maka mereka berdiri dengan penuh rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Diriwayatkan bahwa, jika Sayyidina Hasan Radhyiallahu 'Anhu berwudhu, wajahnya akan berubah pucat. Seseorang Bertanya kepadanya, "Mengapa wajahmu berubah pucat?" Ia menjawab, "ini saatnya untuk bertemu raja yang maha perkasa." Sesudah berwudhu, ia berdiri di pintu masjid dan berkata:



"Rabbku, Hambamu ini berdiri di pintumu. Wahai Tuhan yang selalu memberi kebaikan, hamba yang penuh dengan kesalahan telah datang kepadamu. Sebagaimana Engkau telah memerintahkan hamba-hamba yang baik agar memaafkan hamba-hamba-Mu yang berbuat kesalahan, sedangkan Engkau yang maha baik, dan aku adalah hamba yang penuh dengan kesalahan, maka Maafkanlah segala kesalahanku dan gantilah dengan kebaikan -kebaikan yang ada pada-Mu wahai Yang Maha mulia. "Barulah kemudian ia masuk ke masjid.

Imam Zainal Abidin Rahmatullah alaih, setiap hari shalat Sunnah seribu rakaat. Ia tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud meskipun dalam perjalanan. Jika berwudhu, wajahnya akan berubah pucat. Jika berdiri shalat, badannya akan gemetar. Ketika seseorang bertanya tentang penyebabnya, ia menjawab, "tahukah Engkau, aku berdiri menghadap siapa?" Pernah saat ia sedang shalat, tiba-tiba di dalam rumahnya terjadi kebakaran. Namun Ia tetap meneruskan Shalatnya. Ketika seseorang menanyakan perbuatannya tersebut, ia berkata, "Api akhirat telah melupakanku dari api dunia." Ia juga berkata, Aku heran terhadap orang yang sombong, padahal dahulu Ia adalah setetes Air hina dan esok ia akan menjadi bangkai. "Ia melanjutkan," Aku heran terhadap orang yang telah mengetahui bahwa kehidupan dunia ini adalah fana, namun ia sangat merisaukan nya, sedangkan kehidupan akhirat yang abadi, Ia kurang memperhatikannya. "Imam Zainal Abidin Rahmatullah 'alaih memiliki kebiasaan bersedekah secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, agar orang-orang tidak mengetahui Siapakah yang memberinya. Setelah wafat, barulah diketahui, ada seratus keluarga yang sering dibantunya. (Dari Kitab Nuzhatul Basatiin)

Jika tiba waktu shalat, raut wajah Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu akan berubah, tubuhnya gemetar. Seseorang menanyakan sebabnya, jawabnya "Kini saatnya menunaikan amanah yang langit, bumi, dan gunung-gunung tidak sanggup memikulnya. Aku tidak tahu apakah Aku mampu menunaikan amanah ini atau tidak."

Jika Sayyidina Abdullah Bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma mendengar suara adzan, ia akan menangis sehingga ridaknya basah kuyup, urat-uratnya muncul, dan matanya memerah. Seseorang berkata kepadanya, "Kami juga mendengar adzan, tetapi kami tidak merasakan apa yang Engkau rasakan. Mengapa engkau begitu takut? Ia menjawab," seandainya manusia mengetahui apa yang sedang dikumandangkan oleh Muadzin, maka ia tidak akan dapat beristirahat tenang, bahkan kantuknya akan hilang. "Kemudian Ia menjelaskan makna setiap kalimat adzan secara rinci.

Seseorang berkata "Aku pernah shalat Ashar di belakang syaikh Dzunnun Al-Mishry Rahmatullah 'alaih. Ketika ia mengucapkan Allahu, perasaan mengagungkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala begitu hebat mempengaruhi dirinya sehingga seolah-olah ruhnya keluar dari jasad-nya, nyawanya seperti telah tiada. Ketika ia mengucapkan Akbar, karena kehebatan takbirnya, hatiku terasa hancur. "(Dari Kitab Nuzhatul Basaatin)

Syaikh Uwais Qorny Rahmatullah 'alaih, Seorang syaikh terkenal dan orang yang paling utama di antara generasi para tabiin, kadang-kadang beliau rukuk sepanjang malam atau sujud sepanjang malam.

Syaikh Isham Rahmatullah 'alaih bertanya kepada syaikh Hatim Zahid Balkhi Rahmatullah 'alaih, "Bagaimana Engkau melakukan shalat?" Iya menjawab, "Pertama-tama Aku menyempurnakan wudhu dengan penuh kehati-hatian, Lalu setelah sampai ke tempat shalat, aku akan berdiri dengan penuh tumakninah seolah-olah Ka'bah berada di depanku, Shirath di bawah kakiku, surga di sebelah kananku, dan neraka di sebelah kiriku, seolah-olah malaikat pencabut nyawa berada di atas kepalaku, dan aku merasa inilah shalatku yang terakhir. Mungkin tidak ada lagi shalat bagiku setelah ini, serta aku meyakini Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui keadaan hatiku. Kemudian dengan penuh kerendahan, Aku mengucapkan Takbir dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan menghayati maknanya. Dengan penuh tawadhu dan dengan penuh perasaan hina, Aku sujud, kemudian dengan penuh kehati-hatian Aku selesaikan shalatku. Selanjutnya dengan penuh harap aku memohon Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan rahmat-Nya agar menerima shalatku, dan dengan rasa takut serta khawatir jangan-jangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menolak semua amalanku. "Syaikh Isham Rahmatullah 'alaih bertanya, "Sudah berapa lama Engkau shalat seperti itu?" Syaikh Hatim Rahmatullah 'alaih menjawab, "Sudah 30 tahun." Mendengar hal itu, Syaikh Isham Rahmatullah 'alaih menangis dan berkata, "Satu kali pun aku belum pernah shalat seperti itu."

Diceritakan bahwa Syaikh Hatim Rahmatullah 'alaih pernah tertinggal satu kali shalat berjamaah, ia begitu bersedih. Maka satu, dua, orang kawannya mengunjunginya. Ia menangis dan berkata, "Jika salah seorang anakku meninggal dunia, maka separuh penduduk kota Balkh ini akan bertakziah kepadaku (Menurut riwayat, ketika anaknya meninggal dunia sepuluh ribu orang lebih bertakziah kepadanya). Tetapi jika aku tertinggal shalat berjamaah, hanya satu dua orang yang menjengukku. Demikianlah pandangan manusia, musibah agama itu lebih ringan daripada musibah dunia."

Syaikh Sa'id Bin Musayyib Rahmatullah 'alaih berkata, "Selama dua puluh tahun aku tidak pernah berada di luar masjid, ketika adzan berkumandang."

Syaikh Muhammad bin Wasi' Rahmatullah 'alaih berkata, "Di dunia ini aku Hanya menginginkan tiga hal, yaitu teman yang akan menegurku jika Aku salah, rezeki yang cukup yang didalamnya tidak ada masalah, dan shalat berjamaah yang jika terjadi kekurangan di dalamnya, maka akan dimaafkan, dan tetap mendapatkan pahala."

Sayyidina Abu Ubaidah Bin Jarrah Radhyiallahu 'Anhu pernah mengimami shalat, kemudian selepas shalat ia berkata, "Saat ini setan sedang menyerangku. Setan memasukkan perasaan ke dalam hatiku bahwa Akulah orang yang paling utama, (Oleh karena itu aku dijadikan Imam, karena Aku dianggap orang yang paling utama). Setelah ini aku tidak akan mengimami shalat lagi. "

Syaikh Maimun Bin Mahran Rahmatullah 'alaih pernah datang ke masjid, dan ternyata shalat berjamaah sudah usai. maka ia berkata. innaa lillahi wa inna ilaihi raajiun! Keutamaan shalat berjamaah lebih aku cintai daripada menjadi raja di Irak. "

Diriwayatkan bahwa orang-orang shaleh terdahulu, jika tertinggal Takbiratul ula' akan berkabung selama tiga hari. Mereka sangat bersedih. Jika tertinggal shalat berjamaah, mereka menyesal selama tujuh hari (dari kitab ihya Ulumuddin)

Syaikh Bakar bin Abdullah Rahmatullah 'alaih berkata jika engkau ingin berbincang dengan rabb-mu tanpa perantara, kapan saja dapat engkau lakukan. Seseorang bertanya, "Bagaimana caranya?" Ia menjawab, kerjakan wudhu dengan sempurna, kemudian shalatlah.

Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu 'anha bercerita, "Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam biasa berbincang dengan kami. Tetapi jika tiba waktu shalat, beliau pergi seolah-olah tidak mengenal kami. Beliau benar-benar akan menyibukkan dirinya dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala." 

Diriwayatkan bahwa, Syaikh Sa'id Tannukhi Rahmatullah 'alaih selalu mencucurkan airmata selama berdiri di dalam shalat.

Syaikh Khalaf Bin Ayyub Rahmatullah 'alaih pernah ditanya seseorang, "Apakah lalat tidak mengganggumu dalam shalat?" jawabnya, "Aku tidak mau hal itu menjadi kebiasaanku yang akan mendatangkan kekurangan dalam shalatku. Seorang penjahat akan berusaha untuk tabah dalam menghadapi cambukan aparat agar ia dapat membanggakan dirinya bahwa ia orang yang tabah. Sekarang aku berdiri dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala apakah karena hanya seekor lalat aku harus bergerak-gerak?"

Tertulis dalam kitab Bahjatun Nufus bahwa, ada seorang shahabat yang shalat malam, Tak lama kemudian datanglah seorang pencuri. Shahabat itu melihat pencuri melepas tali kudanya dan membawanya pergi. Shahabat itu melihat pencuri tersebut namun ia tidak membatalkan Shalatnya. Keesokan harinya, Orang-orang menegurnya. "Mengapa Engkau tidak menangkap pencuri itu?" ia menjawab, "Melakukan shalat lebih penting bagiku, daripada menangkap pencuri kuda itu"

Ada sebuah kisah Mahsyur mengenai Sayyidina Ali Radhiyallahu 'Anhu dalam setiap peperangan. Jika dia terkena anak panah, anak panah tersebut dikeluarkan saat dia sedang shalat. diceritakan suatu ketika dia terkena anak panah yang menancap di pahanya. Orang-orang berusaha mencabutnya, namun sangat sulit dicabut. Mereka pun bermusyawarah, kemudian memutuskan akan mencabut anak panah itu saat ia sedang shalat. Ketika ia sedang sujud dalam shalat sunnahnya, maka dengan sekuat tenaga orang orang mencabut anak panah itu. Selesai shalat, ia melihat orang-orang sedang berkumpul di sekelilingnya. ia bertanya, "Apakah kalian kesini untuk mencabut anak panah itu?" mereka menjawab, "Kami sudah mencabutnya". sahutnya, kok saya tidak tahu

Menjelang shalat, Syaikh Muslim bin Yasar Rahmatullah 'alaih berkata kepada keluarganya, "Silakan kalian saling berbincang, Aku tidak akan tahu apa yang kalian perbincangkan".

Syaikh Rabi' Rahmatullah 'alaih berkata, "Jika Aku berdiri shalat, maka tidak ada yang aku pikirkan kecuali pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepadaku dan apa yang akan aku katakan kepadanya.

Syaikh Amir bin Abdillah Rahmatullah 'alaih, Jika sedang shalat, tidak akan mendengarkan suara-suara di sekitarnya, bahkan suara gendang tidak akan terdengar olehnya. Seseorang Bertanya kepadanya, "Apakah Engkau memikirkan sesuatu dalam shalat?" ia menjawab, "Ya, aku pasti memikirkan sesuatu dalam shalat, yaitu suatu hari aku pasti harus berdiri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan aku harus memasuki salah satu dari dua tempat yaitu surga atau neraka. Orang itu berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan, "Tahukah Engkau Apa yang sedang kami bicarakan Ketika Engkau shalat?" Ia menjawab, "Sungguh Lebih baik bagiku ditusuk tombak, daripada dapat mendengarkan apa yang kalian bicarakan ketika aku shalat." Ia berkata, "Seandainya pemandangan akhirat ditunjukkan kepada ku saat ini, niscaya iman dan yakinku tidak bertambah. (Iman-nya begitu kuat terhadap yang ghaib sehingga sama dengan keimanannya terhadap perkara yang tampak mata).

Ada seorang yang Shalih yang salah satu anggota badannya telah membusuk, sehingga harus dipotong. Teman-temannya merencanakan untuk memotongnya ketika ia sedang shalat agar ia tidak mengetahuinya. Ketika ia sedang shalat, Orang-orang memotong anggota tubuhnya yang membusuk, dan ia betul-betul tidak merasakannya.

Seseorang yang Shalih pernah ditanya apakah engkau memikirkan sesuatu tentang dunia ketika shalat? Jawabnya, "Aku tidak memikirkannya, baik di dalam shalat, maupun di luar shalat".

Ada satu lagi kisah mengenai seseorang Shalih yang ditanya, Adakah entgkau mengingat sesuatu dalam shalat? jawabnya, "Adakah sesuatu yang lebih berharga daripada shalat sehingga Aku mengingatnya?"

Dalam kitab Bahjatun Nufus diceritakan tentang Seseorang yang menziarahi seorang syaikh. Ketika ia tiba di tempat syaikh itu, Syaikh tersebut sedang sibuk shalat zhuhur, Ia pun duduk menunggu. Selesai shalat zhuhur, syaikh menyibukkan diri dengan Shalat-shalat sunnah hingga tiba Ashar. Ia tetap duduk menunggu. setelah selesai shalat Ashar,  Syaikh tersebut menyibukkan diri dengan berdo'a kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala hingga maghrib. Syaikh itupun shalat Maghrib kemudian sibuk dengan Shalat-shalat sunnah hingga isya' ia masih terus menunggu sesudah shalat isya' Syaikh berdiri lagi dan shalat sunah hingga subuh. Selesai subuh, Syaikh sibuk berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan terus duduk di atas sajadahnya. Kemudian ketika kantuk mulai menyerangnya, maka ia langsung bangun sambil mengusap matanya dan beristighfar, bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala seraya berkata "Aku berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari mata yang tidak pernah kenyang dari tidur".

Dikisahkan tentang seorang yang Shalih yang jika ingin tidur ia pun berbaring dan berusaha agar matanya terpejam. Namun bila kantuknya tidak datang juga, ia langsung berdiri dan sibuk dengan Shalat. Ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui, Karena rasa takutku kepada api Jahannam, kantukku telah hilang." Kemudian Ia akan menyibukkan diri dengan Shalat hingga subuh.

Banyak sekali kejadian dan kisah mengenai orang-orang wara' yang biasa menghabiskan malamnya dengan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan penuh keasyikan dan kecintaan, sehingga tidak mungkin saya menulis semuanya di sini. Sedangkan kita, karena sudah terlalu jauh dari kelezatan beribadah seperti itu, mendengar kejadian-kejadian seperti itu, terkadang malah meragukan kebenarannya. 

Namun demikian, ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Pertama kejadian-kejadian dan kisah-kisah tersebut telah diriwayatkan dalam kitab-kitab tarikh dengan riwayat yang begitu banyak, sehingga bisa dipastikan kebenarannya. Maka kita harus meyakini kebenaran kejadian-kejadian dan kisah tersebut. Kedua lihatlah di depan mata kita, manusia kini mampu berdiri semalam suntuk untuk menonton bioskop atau teater (Pertunjukan) tanpa merasa letih dan kantuk. 

Kemudian mengapa kita meyakini kelezatan maksiat tetapi mengingkari kelezatan taat ? Padahal dengan ketaatan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberi kekuatan kepada kita. Adapun yang menyebabkan kita mengingkari kenikmatan-kenikmatan itu, karena kita belum pernah merasakannya. Orang yang belum baligh, tidak mengetahui kelezatan yang dirasakan oleh orang yang sudah baligh. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan Taufik kepada kita untuk dapat merasakan kelezatan-kelezatan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN AYAT KE-7 (Hal-XXX) BACA JUGA AYAT KE...