CATATAN PENTING TERAKHIR
Penutup Kitab Fadhilah Shalat
Para ahli Tasawwuf menulis, sesungguhnya hakikat shalat adalah bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu suatu percakapan antara hamba dan Tuhannya, Dan hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam keadaan lalai.
Mungkin saja Ibadah-ibadah selain shalat dapat dikerjakan dengan lalai, misalnya zakat Yang intinya adalah memerangi nafsu kita dengan mengeluarkan harta. Meskipun kita melaksanakannya dengan hati yang lalai, tetap saja inti dari zakat kita dapatkan, yaitu memerangi nafsu kita.
Begitu pula puasa yang intinya adalah memerangi nafsu kita dengan menahan lapar, minum, dan bersetubuh di siang hari. Jika kita melakukannya dengan benar biarpun lalai, tetap saja inti dari puasa kita dapatkan, yaitu mengurangi kekuatan nafsu kita.
Berbeda dengan shalat Yang intinya adalah bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan dzikir dan tilawah Al-Qur'an. Jika dikerjakan dalam keadaan lalai, maka inti dari shalat yaitu bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan kita dapatkan.
Orang yang shalat dalam keadaan lalai adalah seperti orang yang sakit demam berat. Kadangkala ia mengigau sehingga ia akan berbicara apa saja tanpa sadar. Kata-katanya tidak bermakna dan tidak bermanfaat sedikitpun.
Demikianlah jika shalat sudah menjadi rutinitas, sehingga tanpa tawajjuh bacaan-bacaan akan terucap begitu saja tanpa kesadaran dan pemahaman. Sebagaimana orang yang mengigau ketika tidur, orang yang mendengar tidak merasa diajak bicara olehnya dan ucapannya tidak berfaidah sama sekali.
Demikian pula jika kita shalat tanpa ketawajjuhan, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan berpaling dari kita. Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengerjakan shalat penuh perhatian sesuai kemampuan dan semangat kita.
Satu Hal yang Penting
Perlu diingat, walaupun keadaan dan cara shalat yang sempurna sebagaimana yang tersebut di atas belum bisa kita capai, namun kita tetap harus mengerjakan shalat. Salah satu cara setan menggoda kita adalah memasukkan pemahaman kepada kita bahwa lebih baik tidak shalat daripada shalat tidak betul. Ini pemahaman yang salah.
Mengerjakan shalat, biarpun tidak sempurna lebih baik daripada meninggalkannya sama sekali. karena meninggalkan shalat dapat menyebabkan turunnya azab yang pedih. Bahkan Sebagian ulama berfatwa bahwa orang yang sengaja meninggalkan shalat berarti telah kafir, sebagaimana telah diterangkan dalam Bab pertama. Yang jelas, kita harus berusaha mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan cara yang betul yang ditunjukkan oleh teladan Kita Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan rahmat-Nya melimpahkan Taufik kepada kita agar dapat mengerjakan shalat sebaik mungkin. Setidaknya dalam seumur hidup kita, ada satu shalat yang layak diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Pada akhirnya, ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa menurut para muhadditsin, riwayat-riwayat yang berisi tentang fadhilah-fadhilah amal ini terdapat kelonggaran, sehingga walaupun ada hadits yang sedikit dha'if, tetap bisa diterima. Sedangkan kisah-kisah para para ahli tasawwuf itu adalah sejajar dengan sejarah. Sudah sangat jelas, kedudukan sejarah di bawah kedudukan hadits, (sehingga sistem periwayatannya lebih longgar lagi).
Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi
Malam Senin, 7 Muharam 1358
NEXT >>> KITAB FADHILAH TABLIGH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar