Sabtu, 08 Januari 2022

Keutamaan Rakaat Yang Panjang

PASAL 3

HADITS-HADITS MENGENAI IKHLAS, KHUSYU' DAN KHUDU'

HADITS KE-8 (Hal- 322)

Dari Sayyidina Jabir Radhyiallahu 'anhu, ia mengatakan bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Shalat yang paling utama ialah yang panjang rakaatnya." (H.R. Ibnu Abi Syaibah, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dari kitab Durrul Mantsur)

Syaikh Mujahid Rahmatullah 'alaih telah menerangkan maksud ayat:


"(Dalam shalat) berdirilah di depan Allah dengan penuh adab. "(Q.S. Al-Baqarah : 238)

Quunuut dalam ayat ini termasuk juga rukuk, khusyu', dan rakaat yang panjang, yaitu lama berdiri, menundukkan pandangan, merendahkan bahu, tidak berdiri dengan angkuh, dan juga rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Para shahabat Radhyiallahu 'anhu jika berdiri dalam shalat, maka mereka takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan tidak berani menoleh ke sana kemari atau membolak-balikkan kerikil (dalam sujud, karena di Arab zaman dahulu, lantai masjid terbuat dari batu kerikil). atau main-main dengan sesuatu atau memikirkan urusan dunia dalam hatinya, kecuali jika lupa, sampai Mereka menyelesaikan shalatnya. (H.R. Baihaqi)

Faidah

Banyak sekali riwayat tentang penafsiran kalimah Wa quunuu lillahi qaanitiin salah satu diantaranya menyatakan bahwa qaanitiin maksudnya sunyi senyap. Pada masa awal Islam, berbicara, menjawab salam, dan perbuatan lain dalam shalat diperbolehkan. Namun, setelah turun ayat di atas, berbicara di dalam shalat dilarang. Sayyidina Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu berkata, "pada mulanya apabila menemui Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam saya biasa mengucapkan salam Kepada beliau dan beliau menjawab salam saya Walaupun sedang shalat. Suatu ketika saya menemui Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam ketika beliau sedang shalat. Saya mengucapkan salam kepada beliau seperti biasanya, namun beliau tidak menjawab. Saya benar-benar merasa cemas dan khawatir, jangan-jangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan suatu Wahyu yang berisi teguran kepada saya. Berbagai pikiran terlintas dalam benak Saya, mungkin Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam marah kepada saya karena sesuatu hal, mungkin juga karena kesalahan ini atau itu. Setelah Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam salam di akhir shalat, beliau bersabda "Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengubah hukumnya sekehendak-Nya. Kini Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melarang berbicara dalam shalat. Kemudian beliau membacakan ayat di atas lalu Beliau bersabda," Shalat adalah Dzikrullah, ucapan selain Tasbih, Tahmid, dan pujian kepada-Nya tidak diizinkan dalam shalat."

Sayyidina Mu'awiyah bin Hakam Sulami Radhyiallahu 'anhu berkata, "Ketika saya datang ke Madinah untuk masuk Islam, banyak hal yang dapat saya pelajari. Salah satu diantaranya, jika seseorang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka orang yang mendengarnya hendaknya membaca Yarhamukallah. Karena saya baru masuk Islam, maka saya tidak tahu bahwa hal itu tidak berlaku dalam shalat. Suatu ketika ada seorang shahabat bersin dalam shalat. Saya langsung menjawab; "Yarhamukallah!" Orang-orang Langsung memandang saya dengan marah. Karena saat itu saya tidak tahu bahwa berbicara dalam shalat tidak dibolehkan, maka saya berkata, "Wahai kalian, Mengapa kalian memandang saya dengan marah seperti itu?" Orang-orang mengisyaratkan kepada saya agar diam. Meskipun saya belum paham, Saya pun diam. Seusai shalat, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam tidak memukul Saya, tidak memarahi saya, tidak menghardik saya, namun beliau hanya bersabda, "Tidak dibolehkan berbicara di dalam shalat. Shalat itu, untuk bertasbih, bertakbir, dan membaca Al-Qur'an. Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang guru yang sepenyayang Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam."

Dalam penafsiran yang lain, Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata "Qaanitiin ialah Khassyi'iin, yakni orang-orang yang khusyu' "Syaikh Mujahid Rahmatullah 'alaih juga berpendapat demikian. Beliau mengatakan maksud dari Qaanitiin adalah meliputi rakaat yang panjang. Khusyu' dan Khudu' dalam shalat, memandang ke bawah, serta takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala" Sayyidina Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata, "pada mulanya, jika Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam shalat tahajud malam hari, beliau menggunakan tali pengikat agar tidak terjatuh ketika mengantuk. Terhadap hal ini, turunlah ayat:




"Thaahaa, kami tidak menurunkan Al-Qur'an supaya kamu menjadi susah" (Q.S. Thaahaa 1-2)

Selain itu, masih banyak hadits lain yang mengisahkan panjangnya shalat Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam sehingga kaki beliau bengkak-bengkak. Tetapi disebabkan kasih sayang beliau kepada kita, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam menasihati agar kita mengerjakan shalat menurut kemampuan kita. Jangan sampai terlalu memberatkan, sehingga menjadi susah, pernah terjadi seorang shahabiyah mengikat dirinya dengan tali sebelum shalat, karena melihat hal itu, Beliau melarangnya.

Bagaimanapun, shalat dengan rakaat yang lama lebih baik dan lebih utama. Oleh karena itu, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam sendiri amat lama dalam shalat malamnya sehingga kaki beliau bengkak-bengkak. Ini menunjukkan shalat dengan rakaat yang panjang tentu ada sesuatu yang istimewa di dalamnya. Para shahabat Radhyiallahu 'anhu pernah berkata kepada Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, Bukankah  dalam Surat Fath Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjanjikan ampunan bagimu Ya Rasulullah? "Beliau menjawab," Tidakkah sepantasnya Aku menjadi Hamba-Nya yang bersyukur? "

Sebuah hadits menceritakan bahwa, jika Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam sedang shalat, maka terdengar dari dalam dada beliau suara seperti bunyi deritan penggiling karena tangisan dan karena tertahannya nafas. Dalam riwayat lain, suara itu seperti suara air yang sedang mendidih dalam Periuk. (dari kitab At-Targhib)

Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu berkata, "Ketika malam Perang badar, Aku melihat Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam sedang shalat dengan menangis-nangis di bawah pohon sepanjang malam hingga tiba waktu shubuh."

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyukai beberapa orang, salah satunya adalah orang yang meninggalkan kasurnya yang empuk dan istrinya yang cantik, kemudian menyibukkan diri dalam shalat tahajud di malam musim dingin. Allah Subhanahu Wa Ta'ala amat mencintai orang seperti ini dan bangga terhadapnya. Meskipun Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu maha mengetahui yang ghaib, tetapi karena ingin menguji Hamba-Nya, Dia bertanya kepada malaikat-Nya "Apakah yang mendorong hamba ini untuk bangun tahajud?" Para malaikat menjawab, "mereka mengharap kemurahan-Mu dan takut murka-Mu." Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "bila demikian, akan Aku berikan apa yang mereka harapkan, dan akan Aku selamatkan mereka dari apa yang mereka takuti." Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda "Tidak ada pemberian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang lebih baik melebihi Taufik melaksanakan shalat dua rakaat. "

Banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an dan hadits bahwa para malaikat selalu sibuk beribadah. Sebuah hadis menerangkan, ada segolongan malaikat yang senantiasa rukuk terus, ada segolongan lagi yang senantiasa sujud, dan ada sebagian lain yang senantiasa berdiri sampai hari kiamat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengaruniakan kemuliaan dan kehormatan kepada orang mukmin dengan memberi dua rakaat shalat yang didalamnya terkandung berbagai ibadah para malaikat agar kita mendapatkan bagian dari setiap ibadah mereka, ditambah dengan bacaan Al-Qur'an dalam shalat. 

Dengan demikian, jika shalat merupakan kumpulan ibadah para malaikat, maka dengan shalat tersebut kita akan mudah memperoleh sifat-sifat mereka, Oleh karena itu, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "ringankanlah perut dan punggungmu, agar kamu mudah shalat." (Dari kitab Jami'ush Shaghir)

"Meringankan punggung" maksudnya mengurangi permasalahan dan urusan dengan manusia. Yang dimaksud "meringankan perut "adalah tidak terlalu banyak makan, sehingga jauh dari sifat malas.


BACA JUGA >>> | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | KEMBALI

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Ke-7 Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

BAB KESATU AYAT-AYAT YANG MENEGASKAN PENTINGNYA MENYURUH KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI KEMUNGKARAN AYAT KE-7 (Hal-XXX) BACA JUGA AYAT KE...